Pikiran untuk membeli kamera di negeri Jepang telah merasuki pikiran saya sejak teman saya dari Jerman mengatakan "You just bought that *pointing at E71* for Japan? you better buy a new-cheap camera as soon as you get your scholarship", di awal bulan Oktober .
Ketika beasiswa saya dapatkan, mindset saya mulai berubah... Saya cenderung untuk lebih memilih menghabiskan duit untuk shopping dan jalan-jalan, kamera tidak terlalu saya butuhkan--begitu pikir saya dahulu. Namun, ketika saya jalan-jalan melihat sakura dan momiji (lihat post saya sebelumnya), saya iri dengan hasil jepretan teman saya, bagus sekali dibandingkan dengan jepretan E71 saya. Tapi keinginan itu pudar dalam beberapa hari karena keinginan untuk shopping dan traveling terlalu besar merasuk dalam otak saya.
H-1 membeli kamera, saya melakukan rutinitas harian,chatting dengan pacar saya, sebut saja namanya Seno. Topik pembicaraan saat itu mengalir ke kecewanya saya betapa sedikit foto yang saya miliki dengannya sebelum berangkat ke Jepang. Kemudian si pacar merespon dengan menawarkan akan berfoto bersama yang banyak setelah saya pulang nanti. Saat itu juga keinginan saya untuk membeli kamera di Jepang menjadi kuat lagi. Kali itu, tekad saya sudah bulat dan memutuskan untuk membeli kamera secepatnya sebelum berubah pikiran lagi, hahaa... nonsense kah alasan saya? hihihi..... Malem itu juga saya dengan giatnya bertanya-tanya dan browsing review dan harga kamera di internet.

Panasonic DMC-FX66 (gambar diambil dari Nokia E71)
Keesokannya, tepatnya tanggal 28 Oktober 2010, saya pergi dengan teman dari Jerman dan Thailand saya ke Osu Kannon. Karena ada pengajian WNI siang harinya, saya menyusul langsung ke lokasi saat sore. Harapan saya adalah setelah shopping bisa bersama mereka membeli kamera karena saya belum bisa berbahasa jepang dengan baik. Ternyata, di sana tidak hanya mereka berdua, teman Jerman saya membawa tiga orang Jepang lainnya, sehingga saya merasa tidak enak untuk mengajak mereka pergi bersama (T-T)
Akhirnya jam 7 saya berpisah dengan mereka, menuju ke Bic Camera, salah satu toko elektronik besar,SENDIRIAN!! saya sudah mencatat beberapa tipe kamera yang sesuai dengan budget dan baik menurut review. Incaran saya awalnya adalah Panasonic DMC-FP1 seharga 11,000 yen di internet. Tapi ketika sampai di sana, harganya ternyata 12ribuan Yen, saya lupa ratusannya. Kemudian saya bertanya kepada penjual, tentunya dengan bahasa jepang yang totally ngawur, mengenai mana yang lebih baik antara Panasonic tersebut dan Sony DSC-350 seharga 13,800 yen. Si penjual kemudian mengajak saya melihat Panasonic DMC-FX66 dimana penjualnya mengatakan bahwa Panasonic ini lebih tinggi levelnya dibandingkan dengan panasonic satunya, dengan harga sama dengan Sony yang telah disebutkan tapi dengan kualitas yang lebih baik. DMC-FX66 memiliki spesifikasi 14 megapixels, 5x zoom, serta memiliki jarak ambil yang lebih jauh dibandingkan dengan DMC-FP1, 12 megapixels dan 4x zoom. Itu kira-kira yang dikatakan penjualnya kepada saya.
Setelah berpikir beberapa menit bolak-balik dan mencoba mengambil foto antara DMC-FP1 dan DMC-FX66, saya memutuskan untuk membeli DMC-FX66. Saat itu mereka hanya memiliki 3 warna: silver, violet, dan biru muda. Saya tidak ingin warna general dan tidak begitu menyukai warna biru, sehingga saya memutuskan untuk mengambil violet, padahal saya berharap ada warna seperti merah, pink, kuning, atau hitam. Setelah itu, penjual menerangkan bahwa kamera hanya dalam bahasa Jepang (ToT) dan garansi 1 tahun pun hanya berlaku di seluruh Jepang saja. Yaa, secara saya beli di Jepang jelas itu lah konsekuensinya, haha... Saya beruntung masih memiliki voucher 1000yen dari teman saya karena ternyata masih harus membeli memory cardnya juga. Jadi, untuk total kamera, saya menghabiskan hampir 15,000yen yang memang batas atas budget saya membeli kamera.
Ja, ima camera o motteiru v(^o^)
taman di depan perpustakaan Nagoya Daigaku, taken with Panasonic DMC-FX66 |
Perpustakaan Nagoya Daigaku, taken with Panasonic DMC-FX66 |
Toyota Hall Nagoya Daigaku, taken with Panasonic DMC-FX66 |