Senin, 27 Desember 2010

4 komentar

Main SKI!!!

Sejak Desember, Jepang memasuki musim dingin. Mungkin di mata beberapa orang, termasuk saya dahulu, musim dingin identik dengan salju. Tetapi ternyata tidak begitu. Musim dingin identik degan dingin ( ya iyalaaah! ) tapi tidak mesti salju turun. Termasuk di daerah yang saya tinggali selama 5 bulan ini, Nagoya. Hingga blog ini meluncur, salju belum turun dan saya dengar dari penduduk asli salju akan turun, tetapi tidak akan menumpuk atau langsung cair begitu sampai permukaan tanah. Untuk itu, jika ingin mengicip suatu olahraga yang namanya Ski dan atau Snowboarding, kita harus ke tempat khusus dimana salju menumpuk.

25 Desember yang lalu, saya mengikuti Wisata Salju yang diselenggarakan pihak PPI (Persatuan Pelajar Indonesia) Nagoya di Takasu Snow Park daerah Gifu. Total jumlah peserta saat itu sekitar 60an orang yang didalamnya berisi bapak-bapak, ibu-ibu, muda-mudi, abg, anak-anak serta bayi. Berangkat dari Nagoya Daigaku jam 8 pagi dengan bis yang dicharter. Waktu normal sampai dari nagoya ke Takasu Snow Park adalah sekitar 2 jam, tetapi karena ada sedikit traffic jam, kami sampai pukul 11 siang. Kondisi cuaca di Takasu Snow Park seharian itu adalah hujan salju.

begitu sampai, duo Vani berfoto bersama
Begitu sampai, saya agak shock karena salju ternyata tidak sedingin yang saya kira. Salju itu putih bersih dan lembut (saya tau lembutnya karena saking penasarannya saya buka sarung tangan saya dan menggenggam salju, hehe #udik mode on#). Tapi yang saya kesal adalah sepatu yang saya pakai, saya pakai converse, licin sih tidak, tetapi karena bahannya kain, begitu masuk ke tempat hangat saljunya merembes ke dalam sepatu, hiiiiy dingin!!

Basecamp kami di tempat persewaan peralatan ski dan snowboard, di mana lantai duanya merupakan restoran. Saya kurang memperhatikan paket harga yang ditawarkan. Saya hanya ingat yang saya gunakan saja, yakni sewa ski dan sepatu set selama setengah hari 12 pm - 5 pm seharga 3500 Yen.



Setelah makan siang, sholat dan  menyewa peralatan ski tersebut, saya pun keluar gedung untuk mulai mencoba bermain ski. Untuk dapat meluncur, paling tidak saya harus berjalan menanjak sekitar 200 meter. Deket? itu udah ngos2an, papan ski dan sepatunya berat euy, hadeh -___-
Dengan Pak Bambang sebagai guru, beberapa orang mulai meluncur dan terjatuh-jatuh dalam percobaan pertama. Saya bagaimana? saya jatuh duluan sebelum meluncur, yakni pas memasang sepatu ke papan skinya, tapi pas luncuran pertama, saya tidak jatuh :p


berpose bersama mbak nunung sebelum meluncur
Teori bermain ski adalah bentuk segitiga pada papan dengan ujung depan sebagai puncaknya untuk pelan dan sejajarkan  papan untuk menambah kecepatan. Tongkat digunakan untuk mengendalikan ketika ingin belok, atau menjalankan papan ski ketika di tempat yang agak landai sebagai pendorong. Untuk berhenti, bentuk segitiga di papan serta belok kan arah. Saya mencoba latihannya dengan sekali jatuh karena khawatir akan menabrak seorang ibu yang sedang duduk bersama anaknya.

Setelah beberapa kali bolak-balik turun naik, Pak Bambang menawarkan untuk meluncur dari puncak yang berarti naik gondola ke atas. Dengan pertimbangan saya terlalu lelah untuk bolak balik turun naik, lalu tahun depan saya tidak akan bisa ikutan wisata salju lagi dan malah mungkin saya tidak punya kesempatan untuk meluncur lagi, saya sih langsung Oke. Akhirnya bersama dengan pak Bambang dan Mas Deddy kami beli tiket satu gondola 4000 yen untuk ke puncak. Saya tidak memotret Gondolanya karena kamera saat itu telah saya titipkan ke Mbak Vani, tapi bisa dibayangkan gondolanya seperti yang ada di TMII tapi dengan tempat duduk melingkar. 

Setelah sampai di atas, kami menelusuri track khusus beginner, sepanjang 3,100 meter yang dibagi menjadi 25 lap sebagai acuan kami meluncur. Pak Bambang menjaga saya dan mas Deddy yang baru pertama kali bermain ski. Jatuh bangun kami bermain hingga setelah 5 lap, kami memutuskan untuk mengakhirinya dan naik gondola untuk kembali pulang karena takut waktunya tidak sampai (jam 5 harus sudah kumpul, saat itu sudah jam setengah 4). Tapi nasib tidak berpihak,penjaganya bilang tidak boleh turun dengan gondolanya. Modelnya seperti yang di film-film cuma berbentuk bangku saja, jadi berbahaya. Terpaksa kami jatuh bangun lagi bermain ski dengan sesekali terpaan badai salju. Tapi, setelah setengah lap akhir, kami mulai jarang terjatuh kok. dan Voilla!! We make it! setengah 5 kami sampai lagi di tempat rental.

gondola yang tidak boleh kami naiki untuk turun dari puncak


jatuh bangun meluncur dari puncak terkadang diterpa salju dan angin
Overall, saya sangat suka pengalaman bermain ski ini. Saya merasa pilihan saya untuk mencoba meluncur dari atap sudah benar, puas rasanya! jam 5 bus beranjak meninggalkan Takasu Snowpark. Macet saat itu, tapi tampaknya para peserta bus tidak keberatan karena menikmatinya dengan berkaraoke ria. Saya memutuskan untuk tidur karena rasanya capek sekali. Tapi, benar-benar seru. Saya berharap, saya masih punya kesempatan untuk mencoba bermain ski lagi beberapa tahun ke depan, amiin.

saat perjalanan pulang mampir sebentar untuk menggunakan toilet, salju di daerah sini tidak begitu banyak, yang anehnya terasa lebih dingin dibandingkan dengan saat berada di Takasu Snow Park.

Sampai jumpa lagi di tulisan berikutnya v(^o^)

Minggu, 26 Desember 2010

5 komentar

Jalan-jalan ke Osaka - 大阪の旅行 (23-24 Desember 2010)

Liburan musim dingin saya dimulai dengan trip ke Osaka bersama 4 orang teman lainnya: Ela, Shoko, Fabian dan Junpyo. Koordinator trip kali ini adalah Fabian, karena dia yang plan semua kegiatannya.

kota Osaka

Junpyo, Ela, dan Fabian (dari kiri ke kanan)
Junpyo, Shoko dan Fabian (dari depan ke belakang)

Kami pergi ke sana dengan tiket kereta khusus "Seishun 18 Kippu". Tiket ini merupakan tiket dengan harga spesial, 11,500 yen, untuk melakukan 5 hari atau 5 orang  perjalanan ke seluruh wilayah Jepang yang dilalui oleh JR line. Tiket semacam ini hanya dijual pada waktu-waktu tertentu saja. berikut informasi lebih jelasnya http://www.japan-guide.com/e/e2362.html

seishun 18 Kippu

Osaka terkenal dengan okonomiyaki dan Takoyaki-nya, yang tentunya masuk ke dalam "To Do List" kami. Selain itu, kami pergi ke daerah Namba, German Market, melihat iluminasi, Tsutenkaku, Spa World, serta sekilas kuil Shitennouji. Ah, ternyata saya kurang mengambil foto-fotonya, haha....

Namba
German Christmas Market

iluminasi menjelang natal

iluminasi menjelang natal

iluminasi menjelang natal

Gambar di atas sebagian besar adalah jepretan saat mengunjungi tempat dimana iluminasi dipasang. Iluminasi saya ambil dari kata teman saya, Ela, yakni illumination. Iluminasi yang dimaksud di sini adalah dekorasi lampu  yang dipasang sedemikian rupa sehingga menjadi objek yang sangat cantik. Iluminasi ini sifatnya temporari dan Osaka memasangnya dalam rangka merayakan Natal. Kesan saya terhadap iluminasi ini begitu dalam, begitu cantik, romantis, gemerlap, pokoknya wow deh... 

tsutenkaku tower, dari googling karena lupa ambil fotonya :'(  



Shitennouji temple

Akhir paragraf, saya akan memaparkan beberapa fakta yang saya temui di Osaka. Saat menggunakan eskalator, jika kita berkehendak untuk berdiri diam mengikuti jalannya eskalator, maka berdirilah di tepi sebelah kanan. Hal ini merupakan kebalikan dari aturan di Nagoya. Selain itu, saya juga merasa bahwa pemandangan kota di Osaka terlihat lebih tua dibandingkan dengan Nagoya. Di pusat perbelanjaan Namba, hampir semua penjual berteriak-teriak mempromosikan barang dagangannya. Makanan yang terkenal di Osaka adalah Okonomiyaki dan Takoyaki yang tentunya tidak kami lupakan untuk mencicipinya.

Takoyaki
Saya sangat menyadari blog kali ini begitu tidak lengkap. Saya terlalu asyik sendiri sehingga lupa akan kegiatan dokumentasi, tapi ya sudahlah.... yang jelas dua hari di Osaka sangat seru dan menyenangkan, benar-benar tidak layak untuk digantikan dengan satu kelas kuliah Legal & Ethics Business in Developing Country. Efek samping yang saya rasakan adalah saat itu merupakan moment yang sangat bagus dalam peningkatan kemampuan berbahasa Jepang karena memiliki teman seperjalanan yang orang jepang.

-いじょうです-


Senin, 29 November 2010

8 komentar

Pocket Camera Baru Saya--Panasonic DMC-FX66

Post ini saya tulis karena "paksaan" salah satu sahabat saya, sebut saja namanya sasa, melalui Yahoo Messenger, sampai-sampai saya dibuatkan outlinenya, hahaha...jadi, post ini ada berkat jasanya :p


Pikiran untuk membeli kamera di negeri Jepang telah merasuki pikiran saya sejak teman saya dari Jerman mengatakan "You just bought that *pointing at E71* for Japan? you better buy a new-cheap camera as soon as you get your scholarship", di awal bulan Oktober .

Ketika beasiswa saya dapatkan, mindset saya mulai berubah... Saya cenderung untuk lebih memilih menghabiskan duit untuk shopping dan jalan-jalan, kamera tidak terlalu saya butuhkan--begitu pikir saya dahulu. Namun, ketika saya jalan-jalan melihat sakura dan momiji (lihat post saya sebelumnya), saya iri dengan hasil jepretan teman saya, bagus sekali dibandingkan dengan jepretan E71 saya. Tapi keinginan itu pudar dalam beberapa hari karena keinginan untuk shopping dan traveling terlalu besar merasuk dalam otak saya.

H-1 membeli kamera, saya melakukan rutinitas harian,chatting dengan pacar saya, sebut saja namanya Seno. Topik pembicaraan saat itu mengalir ke kecewanya saya betapa sedikit foto yang saya miliki dengannya sebelum berangkat ke Jepang. Kemudian si pacar merespon dengan menawarkan akan berfoto bersama yang banyak setelah saya pulang nanti. Saat itu juga keinginan saya untuk membeli kamera di Jepang menjadi kuat lagi. Kali itu, tekad saya sudah bulat dan memutuskan untuk membeli kamera secepatnya sebelum berubah pikiran lagi, hahaa... nonsense kah alasan saya? hihihi..... Malem itu juga saya dengan giatnya bertanya-tanya dan browsing review dan harga kamera di internet.




Panasonic DMC-FX66 (gambar diambil dari Nokia E71)

Keesokannya, tepatnya tanggal 28 Oktober 2010, saya pergi dengan teman dari Jerman dan Thailand saya ke Osu Kannon. Karena ada pengajian WNI siang harinya, saya menyusul langsung ke lokasi saat sore. Harapan saya adalah setelah shopping bisa bersama mereka membeli kamera karena saya belum bisa berbahasa jepang dengan baik. Ternyata, di sana tidak hanya mereka berdua, teman Jerman saya membawa tiga orang Jepang lainnya, sehingga saya merasa tidak enak untuk mengajak mereka pergi bersama (T-T)

Akhirnya jam 7 saya berpisah dengan mereka, menuju ke Bic Camera, salah satu toko elektronik besar,SENDIRIAN!! saya sudah mencatat beberapa tipe kamera yang sesuai dengan budget dan baik menurut review. Incaran saya awalnya adalah Panasonic DMC-FP1 seharga 11,000 yen di internet. Tapi ketika sampai di sana, harganya ternyata 12ribuan Yen, saya lupa ratusannya. Kemudian saya bertanya kepada penjual, tentunya dengan bahasa jepang yang totally ngawur, mengenai mana yang lebih baik antara Panasonic tersebut dan Sony DSC-350 seharga 13,800 yen. Si penjual kemudian mengajak saya melihat Panasonic DMC-FX66 dimana penjualnya mengatakan bahwa Panasonic ini lebih tinggi levelnya dibandingkan dengan panasonic satunya, dengan harga sama dengan Sony yang telah disebutkan tapi dengan kualitas yang lebih baik. DMC-FX66 memiliki spesifikasi 14 megapixels, 5x zoom, serta memiliki jarak ambil yang lebih jauh dibandingkan dengan DMC-FP1, 12 megapixels dan 4x zoom. Itu kira-kira yang dikatakan penjualnya kepada saya.

Setelah berpikir beberapa menit bolak-balik dan mencoba mengambil foto antara DMC-FP1 dan DMC-FX66, saya memutuskan untuk membeli DMC-FX66. Saat itu mereka hanya memiliki 3 warna: silver, violet, dan biru muda. Saya tidak ingin warna general dan tidak begitu menyukai warna biru, sehingga saya memutuskan untuk mengambil violet, padahal saya berharap ada warna seperti merah, pink, kuning, atau hitam. Setelah itu, penjual menerangkan bahwa kamera hanya dalam bahasa Jepang (ToT) dan garansi 1 tahun pun hanya berlaku di seluruh Jepang saja. Yaa, secara saya beli di Jepang jelas itu lah konsekuensinya, haha... Saya beruntung masih memiliki voucher 1000yen dari teman saya karena ternyata masih harus membeli memory cardnya juga. Jadi, untuk total kamera, saya menghabiskan hampir 15,000yen yang memang batas atas budget saya membeli kamera.

Ja, ima camera o motteiru v(^o^)

taman di depan perpustakaan Nagoya Daigaku, taken with Panasonic DMC-FX66

Perpustakaan Nagoya Daigaku, taken with Panasonic DMC-FX66

Toyota Hall Nagoya Daigaku, taken with Panasonic DMC-FX66

Sabtu, 13 November 2010

7 komentar

When Momiji and Sakura Harmonized

Teman-teman mungkin sudah sering dengar sakura, bukan?
Ya, sakura adalah bunga yang terkenal di negeri matahari. Bunga sakura mekar di musim semi  dengan umur sekitar 1 atau 2 minggu. Nihon Jin (Orang-orang Jepang) biasanya melakukan yang namanya hanami, atau acara menikmati mekarnya bunga di waktu sakura mekar.
sumber: e-tomikura.co.jp

sumber: photo-blog.cocolog-nifty.com
 
Itu bentukannya sakura yang vani ambil dari blog orang. Maklum, vani gak ada di Jepang saat musim semi, jadinya harus googling bunga sakura dan pohon sakura :p

Itu sekilas tentang sakura yang vani yakin semua udah pada tahu, haha.... tapi apakah ada yang mengetahui tentang momiji? Vani pertama kali dengar momiji dari sebuah manga berjudul "fruits basket" nama seorang tokoh, tapi gak ada hubungannya dengan momiji yang mau vani ceritain di sini. Vani bertanya kepada Ela, teman vani dari Jerman, apa itu momiji. Dia menjawab bahwa momiji itu sebutan untuk pohon atau daun yang berubah menjadi merah di musim gugur, contoh kuatnya adalah maple. Bagi yang tidak tahu maple, bisa dibayangkan bentuk bendera canada :)
 

 
sumber: jepretan vani dengan e71, 3.2 megapixel, 13/11/10

Jadi, kesimpulannya jika menghubungkan antara musim dan tumbuhan, jika musim semi identik dengan sakura, maka musim gugur identik dengan momiji ^^
 
 
Vani di Jepang sampai dengan bulan Februari 2011, yang berarti vani tidak akan merasakan yang namanya musim semi Jepang. Vani sudah mengubur hasrat untuk melihat yang namanya bunga sakura. Tapi...... tanggal 12 November 2010, teman vani, Ela, mengirimkan sms yang bunyinya "we can see sakura and momiji" what the?!

sumber: Jepretan Vani dengan e71, 3.2 Mega pixel, 13/11/10

Akhirnya sabtu 13/11/10, Vani pergi ke suatu tempat yang vani tidak tahu namanya (sebenarnya vani ambil brosurnya, tapi nama tempatnya dari Kanji jadi ya tidak bisa baca) bersama dengan teman-teman asing vani lainnya. Dari Meidai Eki (Nagoya Daigaku subway station) sampai Toyota-shi dengan subway yang naik ke permukaan setelah stasiun Akaike menjadi kereta kemudian di lanjut dengan perjalanan bus sekitar satu jam karena letaknya yang di country-side. Bus berhenti di tempat yang bernama Kaminagi. Sakura di daerah tersebut ternyata memiliki tipikal yang berbunga setiap dua tahun sekali, maka dari itu kita bisa melakukan hanami sakura sekaligus momiji v(^-^)




 sumber: jepretan vani dengan e71, 3.2 Mega pixel, 13/11/10


Akhir kata, mohon maaf untuk begitu banyaknya foto di post kali ini, Vani tidak bisa menggambarkan keindahan paduan momiji dan sakura dengan kalimat sehingga akhirnya mencoba menshare apa yang vani lihat dengan mata kepala vani. Kiree desu yo... sungguh-sungguh berharap seandainya vani memiliki kamera yang lebih bagus untuk menangkap keindahan yang vani lihat. Tapi ya sudahlah, apa boleh buat.
Shitsuree shimasu ^^

Kamis, 07 Oktober 2010

0 komentar

Japanese Cellphone 2 - I phone contract

Melengkapi informasi dari posting sebelumnya, posting kali ini dikhususkan mengenai informasi pembelian iphone dengan sistem kontrak. Vani baru mendapat informasi yang lebih baru lagi kemarin saat mengantar salah satu teman vani dari Thailand membeli Iphonenya.

Untuk mendapatkan sebuah Iphone yang bisa dikatakan gratis, ternyata ada syarat dan ketentuan yang berlaku.,selain persyaratan administratif dasar seperti passport, alien card, serta pengisian form. Pertama-tama, harus diingat bahwa kontrak ini adalah untuk minimal 2 tahun. Kedua, Kamu harus mengambil paket yang mengharuskan kamu untuk membayar flat sebesar 5,000an Yen per bulan. Kemudian, kamu juga harus membayar 46,080 Yen sebelum kamu membawa pulang Iphone-mu. Jadi tidak gratis doong?? Sistem Softbank adalah dengan memberikan kamu potongan per bulan sebesar 1,920, jadi jika 1,920 dikalikan dengan 24 bulan, maka dalam dua tahun, kamu akan mendapatkan kembali 46,080 yang sebelumnya kamu bayarkan (sistem refunded). Jadi, jika kamu membatalkan kontrak kurang dari 2 tahun, maka sebagian uangmu, tentunya tidak akan kembali. 46,080 itu seakan-akan harga Iphone-mu, jadi kalau kamu di Jepang hanya untuk jangka waktu 1 tahun, maka sama saja dengan kos pembelian Iphone-mu adalah 23,040 yen + 9,975 cancellation fee.

Tadinya, Vani bingung, kalau mereka menjual cellphone dengan harga-harga serendah itu, lalu darimana mereka dapat untung. Tapi sepertinya Vani bisa menduganya dengan sedikit ilmu yang Vani peroleh selama belajar Financial di kampus tercinta. Sepertinya perusahaan-perusahaan cellphone Jepang mendapatkan untung dari pembelian kontrak melalui mekanisme time value of money. 1,920 Yen yang dibayarkan perusahaan cellphone setiap bulan akan menghasilkan present value yang lebih rendah dibandingkan dengan 46,080 yang mereka terima di awal. Di situlah letak margin mereka. Selain itu, 46,080 Yen yang dibayarkan di awal bisa diinvestasikan ke aset yang lebih produktif, sehingga mereka juga bisa mendapatkan margin tambahan.

Yaaah, Paragraf terakhir cuma hipotesis Vani aja sih, jadi bisa diabaikan saja karena belum mendapat fakta dari sumber yang bisa dipercaya. Haha.... Oke, sekian tambahan dari saya mengenai cellphone di Jepang, khususnya Iphone dengan operator softbank pada seksi ini. See ya.....

Minggu, 03 Oktober 2010

2 komentar

Japanese Cellphone

Telepon Selular Jepang cukup unik. Jepang hanya memiliki, kalo tidak salah, 3 operator selular yang menggunakan jaringan 3G. Jadi kalau hpmu hanya memiliki jaringan GSM jangan harap bisa digunakan di Jepang selain untuk alarm, jam, ngegame, atau foto-foto.

Perusahaan yang bergerak di bidang telepon genggam Jepang yakni: Softbank, NTT Docomo dan satu lagi Vani lupa karena hape e71 yang Vani bawa tidak pernah menangkap jaringan yang satunya lagi itu. Diantara ketiga operator tersebut, yang paling terkenal di kalangan mahasiswa adalah Softbank dan karena Vani adalah pengguna Softbank yang artinya sudah punya wawasan yang lebih banyak tentang Softbank dibandingkan dengan operator lainnya, maka informasi tulisan ini sangat merujuk kepada Softbank.

Telepon Selular di Jepang terbagi dua sistem pembayaran, yang pertama adalah Prepaid dan yang kedua adalah Kontrak. Sistem kedua lebih diminati karena rendahnya harga yang ditawarkan, vani akan bicarakan lebih lanjut tentunya. Sistem Prepaid merupakan sistem yang biasa kita temui di Indonesia, yang membedakan hanyalah Operator Jepang tidak menjual Simcard  terpisah dari HPnya. Simcard pun di-Lock sehingga tidak bisa dipindahkan ke hape lainnya. Untuk pilihan handphone sistem ini tidak begitu banyak di Softbank.

Waktu Vani ke sana, seller hanya menyediakan tiga jenis tipe saja. Hargaya Handphone sekitar 3000an-7000an Yen. Murah bukan? Ya ya, tapi harus diperhatikan juga biaya yang harus dikeluarkan untuk jasa komunikasinya. Kartu Prepaid yang tersedia hanya dengan kredit 3000 Yen dan 5000 Yen. Untuk telepon domestik, membutuhkan 9 yen/ 6 detik sedangkan sms internasional butuh 100an Yen, which is lebih mahal daripada kalo sms pake simpati ke Indonesia. Namun, ada sejenis promo (atau bukan, vani juga gak tau) untuk sms domestik dan email, kita bisa beli paket unlimitednya dengan 300yen per bulan. Hoho... It gives much help!! lagipula untuk orang asing, untuk mendapatkan telepon selular dengan tipe ini hanya butuh passport saja.

Sistem kedua, yakni Kontrak, memiliki begitu jenis dan ragam telepon selular. Sesuai dengan namanya, Pembeli membeli telepon selular dengan sistem kontrak untuk minimum pemakaian selama 2 tahun. Jika Pembeli membatalkan kontrak di waktu kurang dari itu, maka ia harus membayar cancellation fee sejumlah 9975 Yen. Untuk beberapa tipe telepon selular, kita bisa membawa pulang hape tanpa membayar seperser pun saat pembelian. Mau tahu penawaran lebih menggiurkan lagi? hal itu berlaku juga buat Iphone loooh....
Semua orang bisa pake dengan tanda tangan kontrak terus bayar pulang kontrak dan bayar penggunaan bulanan deh.

Tapi persyaratannya cukup susah. Butuh nomor Allien Card dan Bank Account atau Credit Card. Teman-teman yang tidak punya Credit Card terhambat sekitar 2 minggu karena belum membuat bank account. Jika menggunakan bank account, maka penggunaan telepon kita akan secara otomatis didebit dari akun kita. Softbank memberikan kemurahan hati untuk memberikan layanan free call untuk sesama softbank kecuali jam 9.00pm-01.00am. Dan dari teman-teman, Vani mendengar tagihan bulanan mereka sekitar 1000an-3000an Yen.

Bagaimana dengan Vani? Setelah perhitungan sengit antara cost dan benefit nya (lebay ah, hahaa), terutama pertimbangan lama studi Vani di Nagoya, Fitur yang dibutuhkan (karena Vani cuma butuh email realtime yang utama) dan juga cost total, maka pilihan jatuh kepada Prepaid. Tipe 740SC, dengan merk asli Samsung dengan fitur sms, email, warna (gak tau berapa color atau semacemnya, haha), kamera 2 mega pixel, dan infrared seharga 3274 Yen ditambah kartu Prepaid 3000 Yen. Kalau Vani hemat, ya tinggal beli kartu prepaid tiap 2 bulan sekali.
ini tampak depan hp softbanknya vani
 


Standar? coba bayangkan sekitar 350.000 rupiah kita sudah bisa dapet hape macam begitu, haha....

Oke, segitu aja yang Vani bisa share sekarang. Kesimpulannya, Jika kita bepergian ke Jepang untuk jangka waktu 6 bulan, sebaiknya membeli prepaid. Untuk satu tahun, yaa mulai pusing laah untuk memilih. Tapi kalo tinggal di sini untuk dua tahun atau lebih, ambillah kontrak! bahkan iphone bisa didapatkan dengan murah di sini. Almost zero!! wow....

I love Softbank, banzaaiiiii :D :D

Senin, 27 September 2010

0 komentar

100 Yen Shop

Jepang terkenal dengan biaya hidup yang mahal. Bisa kita bayangkan, untuk bisa makan nasi lengkap dengan lauk pauk dan sayur kita perlu mengeluarkan duit minimal 300 yen atau Rp 30.000 sekali makan. Itu pun makanan yang dibeli di kafetaria kampus dengan menu paling murah. Kalau makan di restoran, wooow, harganya 600-1000an yen! kalikan seribu rupiah aja kalau mau dikira-kira sendiri. Selain makanan, transportasi juga mahal, untuk subway dengan jarak sekitar UGM- gejayan butuh 200yen! Air mineral juga sekitar 130an Yen. Miris banget Vani kalo liatin harga2 di Jepang. Haha....

Luckily, di Jepang ada cukup banyak toko yang disebut dengan 100yen Shop. Hari minggu kemarin, 26/9, volunteer's group yang bernama Helpdesk mengadakan acara Shopping Tour untuk new exchange student. Ke 100yen shop salah satu tujuannya selain Jusco, salah satu mall di Nagoya. Sesuai namanya, barang-barang di sini di jual dengan harga 100yen saja! yaah, vani curiga sih kalo ada yang lebih karena vani menghabiskan 2415 untuk belanjaan vani. haha... Hei, jangan pikir itu jumlah yang besar, karena itu untuk kebutuhan 6 bulan ke depan.

Tapi hari ini vani menemukan kenyataan menyedihkan. "What you pay is what you get" itu mutlak kebenarannya. Panci kecil yang vani beli di 100yen Shop kemarin benar2 sucks! hahaa... Pertama kali masak, bagian bawah panci jadi kayak pecah-pecah gitu. Iuuuch... terus bagian dalamnya, seperti ada plastik yang mengelupas-kelupas gitu.

Namun, kalau itu semua dikesampingkan, 100yen Shop benar2 membantu. Paling nggak vani dapet wajan, piring, mangkok, sendok garpu, cangkir, tutup panci, sabun cuci, dan lain sebagainya dengan harga 100yen per item. hahaa.....

Sabtu, 25 September 2010

0 komentar

Convenience Store

hari kedua vani mencicipi yang namanya convenience store yang buka 24 jam. Awalnya punya niat cari makan siang bersama teman dari thailand dan jerman. Tapi, cafetaria tutup di hari sabtu :'( mau coba tempat makan, tapi gile aje! 800an yen, huhu... Akhirnya teman jerman vani berkata di depan convenience store, "how about bento? Do you know bento" yah, harganya di atas harga kantin sih, tapi paling tidak setengahnya harga makan di tempat makan. Wew... Bento bisa minta dihangatkan di microwave toko tersebut. Teman Jerman vani memberikan informasi, jika penjual menyebutkan something about card, just say no. Oke! That's it. I think I love convenience store :D

Day 1

Day 1

-about the flight-
pertama kalinya melakukan penerbangan internasional, udiknya vani keluar. Vani coba-coba LCD touchscreen sampe mata gak bisa melek lagi. Terbangun karena jatah sarapan jam 4 pagi waktu Indonesia bagian barat. Namun, saat itu langit telah tbegitu terang benderang (Lupa, vani udah masuk ke bagian waktu dunia yang lain)

-about my arrival-
Luckily, teman seperjalanan vani, alvis, meminta tolong seniornya jemput d bandara. Makasih banget buat mas Agro, yang ternyata alumni UGM, dan mas Rizki. Mencoba kereta di jepang, yang kasarannya mirip seperti KRL di jakarta, tetapi tentunya berada di level lebih tinggi, yang kemudian dilanjutkan dengan Subway. Kami melewati eskalator yang di sana vani menemukan  bahwa sisi kiri untuk berdiri diam mengikuti eskalator dan sisi kanan khusus untuk jalan.

-Kereta dan Subway-
Tiket Kereta dibeli melalui mesin yang secara otomatis dapat membaca nilai uang. Setelah itu, calon penumpang masuk peron dengan memasukkan tiket ke sebuah mesin (wicket) yang akan menelan tiket dan memuntahkannya lagi di sisi selanjutnya. Saat sudah sampai tempat tujuan, calon penumpang lagi-lagi harus memasukkan tiketnya ke dalam wicket. Tapi, kali ini tiketnya tidak dimuntahkan lagi. Cara tersebut juga berlaku untuk subway. Subway hanya tersedia sebagai transportasi dalam kota saja.
Vani menemukan hal baru lagi tentang lifestyle di Jepang. Orang-orang Jepang ternyata banyak yang menyukai berdiri di kereta meskipun masih banyak bangku kosong tersedia.

-International Residence Higashiyama-


International Residence Higashiyama tampak dari depan

 Tempat Vani akan tinggal selama 5-6 Bulan. Merupakan bangunan 8 lantai, tapi jangan dibayangkan bangunan tinggi seperti di Indonesia karena vani turun 5 lantai tapi rasanya gak jauh beda sama turun 3 lantai tangga kampus. Vani tinggal di kamar C-512. Sebuah kamar yang dengan dapur, kulkas, kamar mandi, lemari, meja belajar, AC, serta tempat tidur (yang harus bayar sewa juga) di dalamnya. Sebuat kamar dengan teras yang mengarah ke pepohoan lebat dimana sering terdengar suara gagak berkoak.
ini bentukan kamarnya vani, hehee.....


Jarak asrama dengan kampus tidak terlalu jauh, setidaknya lebih dekat dibandingkan jalan masuk dari depan komplek ke rumah Vani. Hanya saja jalanan yang menanjak cukup tinggi. Vani yakin kalo pakai sepeda, vani akan menuntunnya ketika ke arah asrama.
Asrama ini memiliki fasilitas cukup. Terdapat internet memang, tetapi letaknya di Lobby yang hanya buka dari jam 08:30-22.00 waktu jepang serta harus mendaftar Mac adress dahulu. Makanya selama 2 hari pertama, vani belum bisa internetan : Selain Lobby dengan internet dan piano, ada juga Lounge dengan microwave dan TV, Laundry (150 yen/ menyuci), fending machine, serta meja pingpong.

-Nagoya University-
Belum banyak tahu. Hari itu, vani cuma melewati saja karena tujuannya cuma ke kafetaria. Tapi fakta yang vani dapat, kompleks Nagoya terpotong oleh jalan raya umum dan vani dengar dari mas Agro, Nagoya University bangga akan hal tersebut karena berarti Nagoya University merakyat. UGM gimana? Padahal menjunjung tinggi kampus rakyat, tapi mau nutup jalan. UGM harus banyak belajar dari Nagoya University tampaknya, hah!
ini sebagian kecil bangunan di Nagoya University yang tertangkap kamera vani saat jalan2 sendirian


-Cafetaria-
mungkin makanan termurah yang bisa ditemukan d nagoya, itupun harus sedia sekitar 300yen. Keuntungan lain yang bisa diperoleh dari kantin kampus ini adalah tersedianya makanan halal. wooow, senangnya.
Oke, ada yang spesial tentang kantin. Di sini, sayuran bebas ambil berapa banyak pun. Jumlah pembayaran untuk sayuran berdasarkan berat sayuran itu. Yap yap! Sayurannya ditimbang! Haha.... untungnya air putih maupun ocha gratis, fiuuuh.
Selain itu, setelah selesai makan, kita harus meletakkan sendiri tempat makan kita ke meja putar di suatu sisi di kantin. eiits, jangan lupa buang dahulu sisa makanan yang ada. Katanya mas Agro, ada juga kantin yang mengharuskan kita mencuci sendiri sedikit baru ditaruh di meja putar. Wow!

-Supermarket-
hemm, tidak banyak cerita mengenai supermarket karena menurut vani supermarket yang vani datangi hampir sama dengan supermarket di Indonesia. Tetapi tetap saja ada yang unik di sini (makanya vani tulis, haha). Saat membayar di kasir, kita harus membayar tambahan 5 yen kalau menginginkan plastik! wow! Untung vani jejer bareng cewek jepang, jadi vani dikasih tau. Tapi beberapa teman exchange banyak yang gak tau, jadi tidak sedikit yang menenteng belanjaannya.

okeeee, itu semua yang vani temui di hari pertama. Sebenarnya ada cerita2 lain lagi, tapi lebih tidak material laah, haha... Oh iya, ada lagi. Sebagian besar orang Jepang menggunakan sepeda untuk membantu mobilitasnya. Wow... Yah, mungkin hal tersebut dikarenakan biaya yang terlalu tinggi untuk membeli kendaraan bermotor. Tapi, jadinya malah bagus karena jadi ramah lingkungan.
Selain itu, udara Nagoya saat vani datang sejuk. Rasanya kayak di Bandung atau dataran tinggi lainnya. Yaaah, tapi ini masih awal musim gugur. Kita lihat laah ke depannya gimana, hehee...
Okey, that's all that I can share for that day. Jya ne ;)

Jumat, 17 September 2010

0 komentar

GREETINGS!!!

Halo halo.....
a real blog akhirnya selain sampah-sampah yang vani post di vanianita.tumblr.com. Semoga blog ini ke depannya gak akan jadi tempat sampah kayak di tumblr. huahaha.....

Secara sederhana, ini blog vani buat akibat kata2 si papah yang menyuruh vani untuk MENULIS pengalaman-pengalaman vani selama merantau ke negeri saudara tua seminggu dari hari ini. Wew, kayak anaknya papah telaten aja, hahaa..... Vani bukan cewek kreatif yang pintar main tulis tangan trus di kasih warna warni dan hiasan sana sini. Jadi, daripada polos melompong berupa buku biasa dengan tulisan pulpen acak adul di dalemnya, yaa vani pikir mending buat blog aja. hehe.....

Vani juga gak pinter nulis, tapi kalo bisa menjalankan niatan mulia di atas, ditambah dengan tulisan-tulisan lain yang tiba-tiba kepikiran untuk di tulis bisa vani jalankan, wow.... vani bakalan merasa amazed sama diri vani sendiri. Hahaaaa.... semoga aja blog ini bisa berjalan seperti yang vani harapkan ketika membuatnya. Amiiin :)